Tumblr

Wednesday, October 24, 2012

ini hanya tipuan.

sahabatku melihat salah satu fotoku
lalu dia bertanya "danau, sunset, berdua dan keceriaan. aku ingin seperti ini"
lalu aku menjawab.
"Itu hanya tipuan. dia temanku dan kami melakukan itu hanya untuk mendapatkan photo yang bagus"
dia menatapku kebingungan.
"kau tidak mau hubunganmu indah tapi hanya tipuan kan? seperti difoto ini?" tegasku.

untuk diary diamku.

Hai blog! diary berjalanku menghilang. dia sedang melakukan ujian tengah semesternya dan aku tidak tahu harus cerita kepada siapa. selain sahabatku, hanya kamu yang selalu mendengarkan ceritaku.
orang-orang yang bicara "jika ada masalah ceritalah kepadaku" itu hanya untuk menarik simpati. aku butuh sesuatu yang mendengarkanku. yang menyimpan memori tentang kepedihanku sekarang lalu kutertawakan esok hari ketika keadaan membaik.
dan kau blog, kau pasti tahu tentang permasalahan otakku sejak dulu kan? berapa kali aku bercerita tentang keputusan ku di kuliah ini salah? berapa kali aku bercerita bahwa aku bakalan menghadapi hal seperti ini? aku sudah bercerita seperti itu ketika aku kelas 2 SMA kan?
dan yak, itu terjadi padaku sekarang.
kadang aku berfikir apakah skenario yang kufikirkan dari dulu memang selalu tepat atau apakah aku dikutuk karena membuat skenario buruk dan hal itu akhirnya terjadi padaku?
langkah yang terakhir untuk mengakhiri skenario pahit ini adalah usaha dan berdo'a. lalu kuserahkan semua hasilnya kepada Allah untuk memberikan yang terbaik.
lalu masalah hati. tidak banyak drama. aku hanya ingin mengakhiri hal hal indah sekaligus menyakitkan untuk hatiku. dan yap, aku tidak terlalu bagus dalam hal ini.
kecuali jika kulakukan pendinginan seperti dulu, tapi yang kurasakan adalah kekosongan. yang kulakukan dulu hanya sekolah, main dan belajar. tidak sedikit pun terlintas rasa suka pada siapapun. rasanya seperti mayat berjalan.
tapi bukankah ini juga hanya seperti permainan bagiku? toh umurku masih belasan, yang kupermasalahkan bukan hati saja dan aku? hanya gadis yang berusaha bisa menjadi sesorang yang mandiri.
tapi aku juga tidak mau lagi disebut orang sok, sombong, melawan takdir dan berbagai cemoohan lainnya seperti yang kudapat dulu.
lalu apa yang harus kulakukan untuk menjauhkan diri dari sakit hati?
I haven't found the answer yet.
untuk masalah otak oke, I have found the answer. case close.
tapi untuk masalah hati? biarlah berkabut untuk sementara. biarkan rasa sejuk sekaligus tusukan tusukan ini menghantam hati. tidak ada yang bisa kulakukan selain menikmatinya.

Tuesday, October 23, 2012

Lexy Valerie Fabiola

hey blog aku kembali lagi. dengan cerita cerita yang membosankan tentang hidup monotonku.
dulu blog ini sebenarnya terbagi antara ceritaku, cerita ingrid dan cerita karangan campuran.
tapi kali ini hanya ada aku dan ingrid.

Wednesday, October 3, 2012

Farel dan Aku

Sebenarnya percakapan ini di tulis dengan bahasa Inggris karena lawan bicaraku di seberang Benua tapi entah kenapa hanya ingin mempost dengan bahasa Indonesia.
I MISS YA BUDDY
"Hai apa kabar? bagaimana kabar kuliah mu?" ucapku ketika dia muncul di Skype.
dia lalu mengetik "Apa yang kamu lakukan malam malam begini? tidur !" jawabnya.
ugh aku memang paling sebal di suruh suruh. apalagi oleh dia, sahabat kecilku yang bodoh.
"Bisa kah kau sedikit ramah?" ucapku.
lalu dia mengetik... "Ah disini sudah hampir pagi. barusan habis tahajud. kamu tidur saja biar nanti pagi pagi buta kamu bisa tahajud" tulisnya.
subhanalloh, memang tidak pernah ada yang menyuruhku tahajud selain anak ini.
"Ah, sudah jadi anak Australia saja sombong sekali. aku hanya ingin tau kabarmu, kapan kau pulang ke Indonesia?" tanyaku.
"Aku baik baik saja ingriiid. belum satu minggu kita bercakap cakap di skype. kau kira aku langsung dapat Kanker otak stadium tiga ?" ketiknya. "Kuliahku baik baik saja griiiiid. tugasku menumpuk bagai gunung Everest. keren ya? hey bagaimana kabar tentang hatimu?"
"Hahaha dasar. kabar tentang hatiku? seperti biasa. mencair lalu dengan cepat membeku lagi." kataku jujur.
"Lalu... kau akan membiarkan hati kamu itu membeku? ingrid, jangan pernah membuat hatimu terlalu beku. sisakanlah beberapa tetes untuk kau didihkan dengan cinta" kata farel. aku tersenyum kecil.
"Kata kata mu mirip Khalil Gibran, terlalu puitis hahaha. aku tau aku bukan yang terbaik. dia berhak mendapatkan yang pantas, pas, cocok dan tidak membuat banyak onar di hubungannya." ucapku.
dia mengetik lama "Kau yakin?" hanya kata itu yang dia kirim.
"Untuk sekarang, yakin sekali. untuk masa depan aku tak tahu. aku bukan tuhan." kataku
"Okeee. sekarang, kau membiarkan dia mencari yang lain..."
"yep" potongku.
"... Lalu bagaimana denganmu?" tanya nya.
aku mengetik lalu ku hapus lagi beberapa kali terjadi akhirnya aku menulis.
"Ta'aruf, itu jalanku." ucapku.
"Ingrid, ini bukan jaman dulu. dan kau hidup di Indonesia. bukan di negri arab sana. Ta'aruf itu bagus, hanya disepelekan. kumohon, coba saja untuk membuka hati" ucapnya. uh aku paling tidak suka jika Farel sudah memohon. lalu dia melanjutkan mengetik...
"dia berhak mendapatkan yang cocok dan lebih baik darimu di kehidupannya. begitu pula kamu!" tulisnya. uh bagus, tanda seru. berarti farel benar benar serius tentang kehidupan hatiku.
"Dengan cara bagaimanaaaa?" tanyaku.
"seperti biasa. kau dekati saja dulu. cara kita adalah tidak bergerak terlalu cepat bagaimana pun itu kan? kau tau itu." tanya Farel.
"Ugh iya, iya aku mengerti..."
"Kau cari orang yang tepat. sabar ingat itu. jika kamu sudah mulai ada yang kurang pas. kau bisa berputar arah. cepat atau lambat aku tak bisa memastikan." katanya.
lalu aku terdiam sejenak. merindukan sekali orang yang sedang bercakap-cakap denganku di dunia maya ini.
"Farel..."
"yaaaa~"
"Kapan kau pulang ke Indonesia? Aku punya seribu cerita yang tak bisa disampaikan lewat tulisan seperti ini. rasanya tidak benar. lagi pula, kau tidak rindu padaku? Aku sendiri rindu"
"Sabar grid, kamu juga belum pernah pulang ke tasik. keluargamu juga rindu padamu. kau juga rindu mereka kan? namun banyak halangan, mereka tidak membiarkanmu pulang ketasik. begitu pula aku. terlalu banyak halangan." katanya. "Aku juga rindu. padamu, pada keluargaku, pada Indonesia."
"Aku benci ini, kenapa kita tidak kecil terus sih? ketika kau dan aku bermain disawah berenang diatas lumpur? berburu layangan hingga lalu tersandung berbarengan? dulu satu satunya masalah kita adalah apa yang akan kita lakukan hari ini? karena kita terlalu bingung untuk memulai permainan dengan apa..."
"tidak seperti sekarang kan?" potong Farel. "Jarak bahkan waktu kita berbeda. hal yang kita lakoni juga sudah berbeda. kau bermain dengan hukum dan aku bermain dengan listrik lalu masalah yang kita hadapi bercabang, antara hati dan logika." katanya lalu meneruskan "Kita dalam tahap pendewasaan grid. kita mulai hidup tanpa orang tua..." sebelum dia meneruskan kupotong ucapannya dengan keluhanku.
"Ugh aku benci kalau kau sudah berkata-kata seperti itu. sejak kau pindah kau rasanya semakin so' bijak." ucapku.
"Hahaha dan kau tetap idiot. sekarang tidurlah. kau akan bertemu denganku. kau rindu aku yang masih berumur 8 tahun atau yang sekarang terserah. aku datang padamu malam ini. kau itu saudaraku, temanku sahabatku dan orang terbodohku. pertalian erat berumur belasan tahun ini tak akan hancur oleh jarak dan waktu sialan ini. kau mengerti grid?" tanya nya.

ugh bagaimana orang yang dulunya takut pada kucing, tidak menyukai twitter atau hal online apapun, payah dalam urusan rumah, selalu kalah jika bermain balap sepeda, dan yang dulunya menganggap bumi itu kotak bisa sebijak dan seloyal ini padaku?

"Fine, I'm going to bed right now. be careful there. good night dude. love ya"
"Go bed sweetie, sweet dream ;)"

dan seketika itu pula, aku tak ingin dia pulang ke Indonesia. aku yang harus pergi darisini menyusulnya.

Friday, September 28, 2012

perkataan maaf di tengah malam.

ketika kamu duduk di bangku sebrang halaman kampus dan aku terduduk di depan kelas. tatapan kita bertemu untuk pertama kalinya. aku masih ingat jelas itu.
tulisan singkat pertama kita adalah ketika aku bertanya : "Kau temannya temanku ya?" lalu kamu menjawab "Iya, memangnya kenapa?"
Aku ingat obrolan pertama kita itu ketika aku bertanya : "Sekarang jam berapa?"
Aku ingat perkenalan kita itu dimulai dari hobi dan banyak kesamaan yang secara kebetulan - kebetulan aneh.
Aku ingat setiap pulang dari acara itu, handphone selalu ku check berharap ada satu pesan darimu.
Aku ingat meskipun tidak semua detail perjalanan awal yang menurutku indah dan dipenuhi rasa penantian.
hingga kita terhubung dan keadaan tidak sama seperti dulu. atmosfirnya berbeda. kita memiliki satu sama lain tapi rasa penantian dan indah itu menurutku hilang. kata-kata yang berubah. sifat yang menurutku... sedikit berubah. disaat itulah perbedaan dimulai.
kita belum mengenal satu sama lain secara pasti, perspektif kita berbeda. berbelok ke arah yang berlawanan.
Disinilah saatnya 'mungkin' karena kita bergerak terlalu cepat kita memasuki ending dengan cepat juga.
kesamaan yang kami punya kemarin hanyalah satu, "Sayang" namun jalannya berbeda.
kamu dengan jalan yang ingin kita tetap terikat dan
ketika aku bisa masih menjaga kata itu dijalan kita sudah tidak terhubung lagi sampai kita mengenal baik dan mendapatkan atmosfer seperti di awal dan mungkin terhubung lagi .
lalu 'akhir'pun datang. disinilah problema terjadi. kita benar benar berbeda perspektif tentang robeknya hubungan itu untuk apa.


Jika apa yang dulu kau katakan benar, kita masih punya setitik harapan meskipun sekecil atom.
Jika fikiran negative ku yang benar, dalam waktu singkat kau bersama yang lain.
Sedangkan aku dalam pemulihan yang pasti lama.


Aku tau itu berat, untukmu kemarin.
Dan untukku sekarang ataupun nanti.
Aku tahu, tulisan ini sudah terlambat.
Aku tahu, seharusnya aku menyampaikan dengan kata-kata.
Aku sudah bukan seseorang mu lagi tapi ini yang kufikirkan seminggu ini.

Maafku belum terucap sempurna.
Maaf karena mengecewakanmu.
Maaf karena telah bertemu dengan orang seperti ku.
Maaf karena mungkin ini keputusan sebelah pihak.
mungkin hanya keinginanku sepihak untuk merasakan atmosfer seperti dulu. sekarang, kau bisa mendapat yang lebih baik dariku.
sekali lagi Maaf atas waktumu yang terbuang sia-sia karenaku.